top of page

The Super-Benefit of Decluttering!

Sepertinya sudah jadi hobi aku banget kegiatan decluttering semenjak baca buku Sparks Joy dari Marie Kondo sekitar 3 tahun lalu.⁣

Selama itu sampai sekarang rutin setiap bulan beresin dan sortir barang yang ada di lemari, laci-laci dan segala penjuru rumah.⁣

Dari berbagai buku seputar orginizing pun sebetulnya mereka punya teori masing-masing, dan aku biasanya coba beberapa tips yang aku rasa cocok.

Pada dasarnya aku memang suka hal yang minimalis dan rapih jadi setelah baca buku Marie Kondo itu yaa rasanya, 'Where have you been??? I need you in my life"! :D

Kalau banyak orang sulit di saat decluttering tapi di aku sebetulnya gak terlalu sulit dan malah menyenangkan, karena hasil akhirnya sendiri adalah kepuasaan melihat rumah rapih dan juga seperti ada beban terangkat.

Gimana biar terbiasa dan rela decluttering?

Ada beberapa tipe clutter dan solusinya.

1. Sentimental clutter

Biasanya Ibu kita suka banget juga simpan barang yang memiliki arti emosional buat mereka, ada yang simpan baju masa kita kecil dan sedangkan kita aja udah 20-30 tahun? Begitupun kita, termasuk suami aku yang suka kumpulin tiket nonton film, konser dari zaman pacaran. Kalau aku sendiri sudah mulai menyimpan perintilan yaitu misal gelang rumah sakit ketika melahirkan dan juga buku sampai souvenir Harry Potter koleksi yang aku punya.

Tapi sebetulnya hal-hal kayak gini yang bikin rumah terkesan berantakan, yang pada akhirnya kita harus bisa belajar melepaskannya.

Caranya gimana?

a. Physical items are not the memories themselves.

Kamu bisa coba foto barang-barang itu, tempelkan notes, kumpulin di album foto. Lebih rapih, dan kamu tetap bisa mengenangnya.

b. DIY

Ini sedikit banyaknya butuh usaha dan gak semua orang suka, tapi bisa jadi masukkan misal baju koleksi anak yang sangat berarti dijadikan blanket patchwork atau yang lainnya.

c. Be mindful not to pass on our guilty clutter.

Jangan sampai anak kita nantinya terima berkardus-kardus barang yang sama sekali gak bisa dipakai , hanya karena kita merasa 'sayang' untuk diberikan kepada orang lain yang lebih membutuhkan.

d. Mindful about your collectibles

Meskipun aku belum bisa 100% jual atau kasih koleksi Harry Potter aku, tapi aku coba berikan tempat yang layak dan tidak menganggu efesiensi penempatan barang lainnya, dan juga lebih bisa menahan untuk membeli koleksi baru yang sekiranya hanya tambah penuh rumah.

2. Expensive clutter

Treadmill yang udah 3 tahun gak dipakai? Komputer Apple versi terjadul kamu? Baju designer yang sudah gak muat atau di lemari berbulan-bulan?

Kebayang kan mau decluttering barang seperti itu pasti sulit , karena kita berpikir bahwa barang itu mahal.

Suamiku dulu punya 2 komputer yang sama sekali gak pernah dipakai dan pada akhirnya harus berani rela dilepaskan.

Gimana caranya?

a. The money you spent on your item is gone

Kamu gak akan bertambah kaya dengan menyimpannya, dan gak akan 'jatuh' jika melepaskannya.

b. If you haven't used or needed something in 12 months, the odds are you never will

c. Menjual atau mendonasikannya lebih berarti dan bermanfaat, dibandingkan berdebu karea berdiam di dalam rumah kamu berbulan-bulan atau bertahun-tahun

Gak cuma itu tapi beberapa hal yang aku rasain setelah semakin rutin decluttering itu banyak banget, bukan cuma perkara rumah bersih dan rapih, bahkan lebih dari itu.

Dengan decluttering, aku merasa..

1. Jadi tau mana yang dibutuhkan sama yang enggak. Ke depannya mau beli barang atau pakaian bisa lebih bijak⁣

2. Rumah terlihat dan terasa jauh lebih nyaman⁣

3. Efisien dalam menggunakan barang atau fasilitas yang ada di rumah, karena gak banyak barang numpuk

4. Saving our time! Like a lot! Cari barang gak butuh waktu lama, karena sudah tau di mana aja barangnya disimpan dan tidak ada tumpukan barang yang bikin males beresin setelahnya. Lebih terasa lagi ketika mengenakan pakaian, gak kelamaan mix and match karena pilihan baju cukup, tidak berlebihan

5. Mind therapy. Ada momen ketika otak bekerja, fokus, dan jadi kegiatan me time yang menyenangkan

6. Lebih tau personal interest kita sebenernya ke mana.

Misal, mengenai pakaian. Setelah rutin decluttering aku baru benar benar kenalin diri aku, kenapa? Karena ternyata banyak banget pakaian, sepatu, tas itu yang jarang banget aku pakai bahkan ada beberapa yang gak pernah aku pakai sama sekali.⁣

Di situ pula aku sadar, dulu aku pernah ada di fase ‘pencarian jati diri' di mana beli fashion items itu hanya mencoba untuk ‘fit in’ sama tren atau society saat itu. ⁣Ada di saat pernah coba untuk lebih feminim atau girly tapi nyatanya aku lebih nyaman dengan pakaian yang minimalis dan membosankan dengan warna-warna monokrom (sungguh proses mengenal dan mencintai diri sendiri gak akan pernah selesai dan butuh usaha🥰⁣) ⁣.

Biasanya hasil decluttering pergi ke mana?⁣

1. Donasikan (cari dan banyak informasi donasi di daerah kamu)

2. Bazaar (tapi sayangnya aku gak tau informasi ini, kalau kamu tau boleh banget infokan ke aku ya!)

3. Beberapa barang jual di Carousell⁣ , @rubystore

4. Aku coba jual sekarang di Instagram @gladlypreloved

Akun ini punya aku dan 5 sahabatku yang merasa suka bingung jual ke mana beberapa barang yang kita udah gak pakai.

Feel free to check us out! Siapa tau barang ini menemukan rumah barunya yang memang suka dan cocok.

Semua hal terasa berat kalau gak dicoba, apalagi kalau kita udah menjadi seorang istri dan Ibu kemampuan organizing rasa-rasanya harus kita miliki dan terus diperbaiki setelah melewati trial and error.

Masih banyak hal juga yang mau aku coba dan rubah, karena ternyata setelah decluttering kita harus bisa tata semua barang di rumah kita dengan tepat dan efisien untuk mencegah penumpukan barang atau decluttering itu sendiri.

Also, I'm excited to try a few tips from Real Life Organizing by Cassandra Aarseen, aku akan update jika ada tips yang berhasil aku terapkan.

Share with me your decluttering experience!

Love,

Rolen R.Y

bottom of page