top of page

Alasan Aku Memutuskan Bekerja Kantoran Meninggalkan Anak

Hari yang ditunggu-tunggu akhirnya datang juga, hari dimana aku mulai working full time yang istilahnya kantoran dari jam 9 sampai 5 sore. Perasaannya tidak bisa dijelaskan karena campur aduk , ada perasaan excited dimana ini pertama kalinya experience aku bekerja kantoran selain waktu magang dulu pas kuliah, perasaan khawatir akan ninggalin anak dan terutama perasaan merasa bersalah karena terkesan mengabaikan tugas utama aku yaitu mendidik dan membesarkan anak.

Kesempatan aku ini sebetulnya bisa dibilang tidak iseng-iseng berhadiah pada awalnya, aku setelah punya rapapa hobi menulis dan aku jadi menyalurkan hobi itu dengan sharing ilmu-ilmu yang aku ketahui dengan mulai start blog dan instagram seputar dunia parenting. Ketika salah satu platform instagram parenting yang aku follow buka lowongan untuk content writer aku iseng apply kirim CV pada bulan desember 2018, lalu karena iseng itu aku sempat kaget terima email balasan yang isinya mengenai tugas yang harus aku kerjakan untuk bisa lolos ke tahap interview-- dengan bekal ilmu digital edit mengedit seadanya aku kerjakan tugas nya, kirim dan beberapa hari kemudian aku mendapat undangan interview dan beberapa hari kemudian mendapatkan email bahwa aku diterima! yey.

Setelah diterima aku ga begitu aja langsung balas email untuk konfirmasi menerima pekerjaan tersebut, jujur pada saat kirim CV aku taunya mereka mencari freelance namun kenyataannya mereka mencari yang bisa full time. Disini lah momen-momen tergalau aku, ada perasaan senang karena aku diterima kerja di bagian yang aku senangi yaitu membuat content, menulis artikel dan terlebih lagi mengenai parenting namun satu sisi aku merasakan rasa sedih khawatir dan juga merasa bersalah mengingat aku akan meninggalkan rapapa untuk bekerja. Pertimbangan yang tidak mudah untuk di diskusi namun akhirnya aku memilih untuk mengambilnya karena yang pertama adalah ke ridha an dari suami dimana itu akan memperlancar langkah aku berikutnya-- seperti suami menyerahkan segala aturan atau adjustment baru ini ke aku dibuat senyamannya aku. Contoh nya aku ingin rapapa tidak diasuh suster atau mba dirumah begitu aja dengan aku memilih rapapa ditempatkan di daycare karena rapapa akan menghabiskan 8 jam lebih waktunya bersama caregiver nya maka aku berfikir jika di daycare bukan saja rapapa dipenuhi kebutuhan pokoknya seperti tidur, makan dan mandi tapi juga rapapa akan mengikuti jadwal-jadwal pembelajaran yang ada, belajar mandiri, tidak lupa social skill dan yang terpenting perasaan tenang aku di tempat kerja nanti.

Aku pribadi mengambil keputusan untuk mengambil pekerjaan ini karena aku ingin serius untuk ke hobi aku menulis karena dulu aku males-malesan aja sama hobi ini lalu kapan lagi aku menemukan tempat kerja yang benar-benar sesuai dengan hobi aku dengan lingkup dunia yang aku pun menjalaninya dan suka yaitu parenting. Lalu aku juga berfikir bahwa dengan adanya rapapa seharusnya tidak menjadikan aku sebagai ibu berhenti untuk produktif dan mencapai cita-cita aku-- terkesan egois? iya aku akuin disaat fikiran itu terlintas pun aku sempat benci sama diri sendiri dan bahkan disaat aku cerita menulis ini aku masih merasakan perasaan itu namun hati kecil berkata bahwa ini patut untuk dicoba. Aku merasa akan belajar banyak dari sini mengingat aku tidak pernah bekerja full time kantoran , bidang pekerjaan ini juga akan memberikan aku ilmu mengenai konten, menulis, marketing ,design, memperluas koneksi dan banyak hal lainnya yang bisa aku terapkan di blog rapapa911 ini dan usaha bisnis clothing line aku. Akupun akan sedih meninggalkan pekerjaan aku sebelumnya yang freelance namun saatnya aku benar-benar menggunakan kemampuan aku di tempat yang tepat. Semuanya tentu mengerikan jika keluar dari comfort zone.

Aku tidak ada saran atau apapun yang terkesan menggurui untuk para kalian yang mungkin galau seperti aku mulai bekerja lagi atau tidak dan sebagainya yang serupa namun yang bisa dilakukan jika punya masalah yang serupa adalah minta ridha suami, diskusi dengan suami, tanya ke diri sendiri apakah yakin atau patut di coba, pertimbangkan atau buat planning bagaimana pengaturan rumah dan anak jika bekerja, berdoa minta petunjuk, eksekusi keputusan dan terus berdoa demi kelancaran semuanya.

Kalau ada cerita yang serupa boleh yah untuk mengingatkan bahwa kita tidak sendiri karena salah satu pertimbangan aku mengambil keputusan kerja full time adalah melihat mamaku sendiri bekerja walaupun tidak kantoran namun beliau bekerja dan aku tidak seharian di asuh beliau, baca banyak cerita mengenai ibu di luar sana banyak yang bekerja bahkan ada yang sudah menitipkan anaknya di daycare dari usia 3 bulan. 

Sharing yah biar saling menguatkan karena kita wanita memang sebegitu strong nya 💪🏼🙂

Love,

Rapapa

bottom of page